Mata Air Logathuk, Harapan Baru Warga RW 08 Gambiran

Pandeyan,Umbulharjo-  Wilayah RW 08 Gambiran selama ini dikenal dengan Kampung Hijau sejak beberapa tahun yang lalu. Hal ini disebabkan di wilayah RW 08 Gambiran warganya berfokus mengelola lingkungannya, baik mengolah sampah dan gerakan penghijauan yang  membuat lingkungan nyaman dan asri. Kehadiran RTH Gajah Wong Educational Park dan Taman Wifi  semakin mengukuhkan wilayah RW 08 Gambiran sebagai kampung hijau.

Namun, ada sisi lain yang beberapa waktu lamanya sempat diabaikan oleh warga sekitar. Yaitu adanya sumber mata air Logathuk. Memang, dahulu sumber mata air ini tertimbun sampah hingga puluhan tahun, sehingga tidak terlihat padahal potensi air bersihnya luar biasa.

Seperti yang dituturkan oleh Agus Susanto, Pegiat Kampung Gambiran yang juga seorang pegiat lingkungan.

“ Mata air Logathuk sesungguhnya sudah lama ada, namun dulu di tempat tersebut banyak sekali timbunan sampah yang menggunung. Akibatnya, sumber mata air itu lama terabaikan oleh masyarakat sekitar.

Ditambah dengan kondisi sumur warga di sekitar mata air ternyata banyak tercemar bakteri E-coli dan besi (Fe). Akibatnya, masyarakat sekitar bila membutuhkan air bersih untuk kebutuhan harian harus membeli air kemasan.

Hal ini yang membuat kami prihatin dan berpikir bagaimana memanfaatkan mata air tersebut. Hingga kemudian kami berkenalan dengan seseorang yang juga merupakan  dosen perguruan tinggi swasta yang memiliki kepedulian terhadap kesulitan kami. Berkat beliau, Endah Tisnawati, ST,MT, kami mampu menghidupkan kembali mata air Logathuk, “ tutur Agus sembari menerawang awal perjuangan dirinya bersama pengurus kampung untuk menghidupkan kembali Logathuk.

Tidak Mudah

Menggunakan dana Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dari Kementerian Pendidikan Tinggi (Dikti) yang diinisiasi oleh Endah Tisnawati, mulailah mata air Logathuk “dibangkitkan dari tidur panjangnya”. Butuh usaha keras dan perjuangan panjang untuk dapat melakukannya.

“ Ternyata butuh dana besar untuk dapat memaksimalkan potensi mata air. Dana dari Dikti hanya cukup untuk membangun tower dan pemipaan satu titik saja sedangkan  dana swadaya masyarakat hanya cukup untuk membersihkan lingkungan sekitar mata air. Butuh dana tambahan agar mata air Logathuk benar-benar dapat berfungsi.

Dan akhirnya, tahun 2019 Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas PUPKP membantu pembangunan mata air Logathuk hingga dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Saat ini, sumber mata air Logathuk telah dimanfaatkan oleh dua RT yakni RT 30 dan RT 47 RW 08 dan ada sekitar 30 KK yang sudah mengakses air bersih dari mata air Logathuk. Ke depan, secara bertahap kami akan memperbanyak rumah tangga yang dapat memanfaatkan mata air Logathuk, “ terang Agus menutup pembicaraan.