Zero Sampah Anorganik Dorong Bank Sampah di Yogya Bertambah

Jumlah bank sampah di masyarakat Kota Yogyakarta semakin bertambah. Terutama setelah gerakan zero sampah anorganik yang digagas Pemerintah Kota Yogyakarta berlaku mulai Januari 2023. Keberadaan bank sampah menjadi salah satu pendukung gerakan mengelola sampah anorganik dari masyarakat.

Seperti masyarakat Kampung Kebrokan RT 20  RW 5 Pandeyan, Umbulharjo yang mendirikan bank sampah bernama Tunas Manunggal Jaya. Bank sampah berbasis RT itu untuk memudahkan pengelolaan sampah anorganik masyarakat sekitar. Pendirian bank sampah itu mendapat apresiasi dari Sekretaris Daerah Pemkot Yogyakarta sekaligus Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya.

“Saya mengucapkan terima kasih sekaligus apresiasi yang tinggi kepada Kampung Kebrokan atas lahirnya bank sampah ini. Tepat pada saat kedaruratan sampah terjadi di Kota Yogyakarta ,” kata Aman, saat peluncuran Bank Sampah Tunas Manunggal Jaya dan peresmian pos ronda RT 20 RW 5 Kampung Kebrokan, Minggu (15/1/2023)

Pihaknya berharap Bank Sampah Tunas Manunggal Jaya di Kampung Kebrokan RT 20 itu bisa berkembang cepat. Mengingat lahirnya bank sampah itu bertepatan dengan kedaruratan sampah karena Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan hampir penuh. Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta menggulirkan gerakan zero sampah anorganik untuk mengurangi volume sampah. Dengan gerakan itu  sampah anorganik rumah tangga dikelola ke bank sampah karena tempat pembuangan sementara (TPS)/depo hanya menerima sampah organik dan residu.

“Kehadiran bank sampah menjadi sesuatu yang penting artinya,” ujarnya. 

Aman menegaskan Pemkot Yogyakarta mengutamakan bank sampah dalam pengelolaan sampah karena kehadirannya tidak sekadar pengelolaan persampahan. Namun ada ruang interaksi sosial masyarakat yang lebih kuat saat berkegiatan bank sampah. “Ini artinya bank sampah tidak hanya  mengelola sampah, tapi juga meningkatkan ketahanan sosial masyarakat,” ujar Aman.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto menyebut kini total ada sekitar 576 bank sampah di Kota Yogyakarta. Sebagian besar  bank sampah di Kota Yogyakarta berbasis RW maupun RT. DLH Kota Yogyakarta telah memetakan sebaran lokasi bank sampah di Kota Yogyakarta yang bisa diakses di Jogja Smart Service maupun website DLH Kota Yogyakarta.

Sementara itu Ketua RW 5 Kebrokan, Pandeyan, Syaiful Amin mengatakan Bank Sampah Tunas Manunggal digagas oleh ibu-ibu PKK  di Kampung Kebrokan RT 2. Pendirian bank sampah itu untuk menindaklanjuti program dari Pemkot Yogyakarta tentang zero sampah anorganik. Selain bank sampah, warga juga mengelola sampah organik menjadi eco-enzyme.

“Gerakan kita sosialisasikan di akhir bulan Desember. Ternyata mendapat respon baik dari ibu-ibu PKK dengan segera mendirikan bank sampah Tunas Manunggal. Kami sangat apresiasi dengan ibu-ibu PKK RT 20  yang telah merespon program pemerintah,” terang Syaiful. 

Sedangkan Ketua Bank Sampah Tunas Manunggal RT 20 Rw 05 Pandeyan, Rifa Kusumati menuturkan selama ini RT 20 belum memiliki bank sampah sehingga pengumpulan sampah anorganik mengikuti bank sampah basis RW di RT 21 Kampung Kebrokan. Setelah diperbolehkan tumbuh bank sampah baru, masyarakat mendirikan bank sampah sendiri di RT 20.

”Tujuannya untuk memudahkan warga sekitar RT 20 menjual sampahnya di  bank sampah kita sendiri. Tidak jauh-jauh ke sana (RW). Sampah organik dan anorganik kami terima semua. Sampah anorganik seperti, kertas, plastik dan botol. Sampah organik sisa makanan kerja sama dengan warga dikelola untuk pupuk,” pungkas Rifa.